Pemberian
tanda baca (syakal) berupa titik dan harakat(baris)
baru mulai dilakukan ketika Dinasti Umayyahmemegang tampuk
kekuasaan kekhalifahan Islam atau setelah 40 tahun umat Islam membaca Alquran
tanpa ada syakal. Pemberian titik dan baris pada mushaf Al-Qur'an
ini dilakukan dalam tiga fase.
1.
Pada zaman Khalifah Muawiyah bin Abi
Sufyan. Saat itu,Muawiyah menugaskan
Abdul Aswad
Ad-dawly untuk meletakkan tanda baca (i'rab) pada
tiap kalimat dalam bentuk titik untuk menghindari kesalahan
membaca.
2.
Pada masa Abdul Malik bin Marwan (65
H), khalifah kelima Dinasti Umayyah itu menugaskan salah seorang gubernur pada
masa itu, Al Hajjaj bin Yusuf, untukmemberikan titik sebagai
pembeda antara satu huruf dengan lainnya. Misalnya, huruf ba' dengan
satu titik di bawah, huruf ta dengan dua titik di atas,
dan tsa dengan tiga titik di atas. Pada masa itu, Al
Hajjaj minta bantuan kepada Nashr bin 'Ashim dan Hay bin Ya'mar.
Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan ini, wilayah kekuasaan
Islam telah semakin luas hingga sampai ke Eropa. Karena kekhawatiran adanya
bacaan Al-Qur'an bagi umat Islam yang bukan berbahasa Arab, diperintahkanlah
untuk menuliskan Al-Qur'an dengan tambahan tanda baca tersebut. Tujuannya
agar adanya keseragaman bacaan Al-Qur'an baik bagi umat Islam yang keturunan
Arab ataupun non-Arab ('ajami).
3.
Baru kemudian, pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah, diberikan tanda baris berupa dhamah, fathah, kasrah,
dan sukun untuk memperindah dan memudahkan umat Islam dalam
membaca Al-Qur'an. Pemberian tanda baris ini mengikuti cara pemberian
baris yang telah dilakukan oleh Khalil bin Ahmad Al Farahidy, seorang
ensiklopedi bahasa Arab terkemuka kala itu. Menurut sebuah riwayat, Khalil
bin Ahmad juga yang memberikan tanda hamzah, tasydid,
dan ismam pada kalimat-kalimat yang ada. Kemudian, pada
masa Khalifah Al-Makmun, para ulama selanjutnya berijtihad untuk
semakin mempermudah orang untuk membaca dan menghafal Alquran, khususnya bagi
orang selain Arab, dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang
berupa isymam,rum, dan mad. Sebagaimana
mereka juga membuat tanda lingkaran bulat sebagai pemisah ayat dan mencantumkan
nomor ayat, tanda-tanda wakaf (berhenti membaca), ibtida(memulai
membaca), menerangkan identitas surah di awal setiap surah yang
terdiri atas nama, tempat turun, jumlah ayat, dan jumlah 'ain.
Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan Al-Qur'an adalah tajzi', yaitu tanda
pemisah antara satu Juz dan yang lainnya, berupa kata 'juz' dan
diikuti dengan penomorannya dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa
seperempat, seperlima, sepersepuluh, setengah juz, dan juz itu sendiri.
Dengan
adanya tanda-tanda tersebut, kini umat Islam di seluruh dunia, apa pun ras dan
warna kulit serta bahasa yang dianutnya, mereka mudah membaca Alquran. Ini
semua berkat peran tokoh-tokoh di atas dalam membawa umat menjadi lebih baik,
terutama dalam membaca Al-Qur'an.
No comments:
Post a Comment