BAB
I
A.
Pengertian
Ekstraksi
Ekstraksi pelarut menawarkan banyak
kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan
primernya bukanlah analitis namun preparatif,
ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya
dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan
peralatan yang rumit, namun seringkali hanya diperlukan sebuah corong pisah. Seringkali
suatu permisahan ekstrasi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit.
Ekstraksi merupakan proses
pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu komponen cairan/campuran dari
campurannya. Biasanya menggunakan pelarut yang sesuai dengan komponen yang
diinginkan. Cairan dipisahkan dan kemudian diuapkan sampai pada kepekatan
tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut antar dua pelarut
yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut lain.
Ekstraksi memegang peranan penting
baik di laboratorium maupun industry. Di laboratorium, ekstraksi seringkali
dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan
pelarut air yang diekstraksi dengan pelarut lain seperti eter, kloroform,
karbondisulfida atau benzene.
B.
Klasifikasi Ekstraksi
Klasifikasi ekstraksi berdasarkan
sifat zat yang diekstraksi terdiri atas 4 yaitu:
·
Ekstraksi
khelat
Ekstraksi
ini berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin.
·
Ekstraksi
solvasi
Ekstraksi
ini disebabkan oleh spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik.
·
Ekstraksi
pasangan ion
Ekstraksi
ini berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan
diekstraksi ke fasa organik.
·
Ekstraksi
sinergi
Ekstraksi ini menyatakan adanya kenaikan
pada hasil ekstraksi disebabkan oleh adanya penambahan ekstraksi dengan
memanfaatkan pelarut pengekstraksi.
C.
Tujuan Ekstraksi
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
a. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk
diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan
dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau
menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
b. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa
kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur
kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam
situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang
diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau
kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.
c. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam
pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional
Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air
dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru
sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia
lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat
tradisional.
d. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan
sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining)
dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih
secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya
senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen
kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel
dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan
antarakonsentrasi cairanzataktifdidalam dan di luar sel.
D.
Macam-macam
Metode Ekstraksi
Teknik ekstraksi dapat dibedakan
menjadi tiga cara yaitu ekstraksi bertahap (batch-extraction = ekstraksi
sederhana), ekstraksi kontinyu (ekstraksi
sampai habis), dan ekstraksi arah berlawanan (counter current
extraction).
§ Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling
sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah
ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.
§ Ekstraksi kontinyu digunakan bila perbandingan
distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan
beberapa tahap ekstraksi. Efesiensi yang tinggi pada ekstraksi tergantung pada
viskositas fase dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya
suatu kesetimbangan, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan luas
kontak yang besar.
§ Ekstraksi
kontinyu counter current,
fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang berlawanan dengan larutan
yang mengandung zat yang akan diekstraksi. Biasanya digunakan untuk pemisahan
zat, isolasi atau pemurnian.Sangat penting untuk fraksionasi senyawa orgnik
tetapi kurang bermanfaat untuk senyawa-senyawa an-organik.
E.
Pembagian Ekstraksi
Disamping itu, terdapat macam-macam
pembagian ekstraksi yang dihimpun dari beberapa referensi.Adapun macam-macamnya
adalah ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat, dan
ekstraksi asam basa. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Ø Ekstraksi
padat cair
Ekstraksi padat cair adalah transfer
difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya atau digunakan
untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organik.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik, karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat
larut dalam solven pengekstraksi. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan
terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-iris
menjadi bagian-bagian yang tipis. Kemudian padatan yang telah halus di bungkus
dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut
organik dimasukkan ke dalam labu godog. Kemudian peralatan ekstraksi di rangkai
dengan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organic
sampai semua analit terekstrak.
Ø Ekstraksi
Cair-Cair
Ekstraksi Cair-Cair merupakan metode
pemisahan yang baik karena pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro
dan mikro.Dan yang menjadi pokok pembahasan dalam ekstraksi cair-cair ini
adalah kedua fasa yang dipisahkan merupakan cairan yang tidak saling tercampur.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tetentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzene dan
kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk pra-perlakuan
sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari
komponen-komponen matriks yang mungkin menganggu pada saat kuantifikasi atau
deteksi analit. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi
analit dari fasa air kedalam pelarut organic yang bersifat non-polar atau agak
polar seperti n-heksana, metil benzene atau diklorometana.Meskipun demikian,
proses sebaliknya juga mungkin terjadi.Analit-analit yang mudah tereksitasi
dalam pelarut organic adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara
kovalen dengan konstituen yang bersifat non-polar atau agak polar.
Ø Ekstraksi
Fase Padat (Solid Phase Extraction)
Jika dibandingkan dengan ekstraksi
cair-cair, SPE merupakan teknik yang relative baru, akan tetapi SPE cepat
berkembang sebagai alat yang utama untuk praperlakuan sampel atau untuk clean-up
sampel-sampel kotor, misalnya sampel-sampel yang mempunyai kandungan
matriks yang tinggi seperti garam-garam, protein, polimer, resin dan lain-lain.
Keunggulan SPE dibandingkan dengan
ekstraksi cair-cair yaitu,
- Proses ekstraksi lebih sempurna
- Pemisahan analit dari pengganggu yang mungkin ada menjadi
lebih efesien
- Mengurangi pelarut organic yang digunakan
- Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan
- Mampu menhilangkan partikulat
- Lebih mudah diatomatisasi
Sementara itu kerugian SPE adalah
banyaknya jenis cartridge (berisi penyerap tertentu) yang beredar
dipasaran sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika menggunakan cartridge
yang berbeda dan juga adanya adsorbs yang bolak balik pada cartridge SPE.
Ø Ekstraksi
asam basa
Merupakan ekstraksi yang didasarkan
pada sifat kelarutannya.Senyawa atau basa direaksikan dengan pereaksi asam atau
basa sehingga terbentuk garam.Garam ini larut dalam air tetapi tidak larut
dalam senyawa organic.
Salah satu teknik yang paling
penting dalam kimia analitik adalah titrasi, yaitu penambahan secara cermat
volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya diketahui,
kepada larutan kedua yang konsentrasinya belum diketahui, yang akan mengakibatkan
reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik
akhir ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran
yang berekasi.Titik akhir dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak
berwarna dengan menambahkan zat terlarut yang dinamakan indicator, yang
mengubah warna pada titik akhir.
BAB II
A. Pengertian Tebu
Tebu merupakan tanaman
tropis yang termasuk keluarga Gramineae, kelas monokotil dan jenis glumaceae.
Pada saat ini budidaya tebu merupakan hibrida kompleks yang berevolusi dari
berbagai spesies. Hal ini dikenal dengan nama ilmiah saccharum officinarum L.
Sebenarnya Offincinarum merupakan salah satu spesies (Sundara, 2000).
Bahan baku untuk
pengolahan gula putih yang paling umum digunakan adalah batang tanaman tebu (saccharum
officinarum L.) atau umbi tanaman bit gula (Beta Vulgaris). Batang
tanaman tebu yang masih segar hampir seluruhnya (99%) tersusun atas unsur-unsur
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Dari sejumlah itu, kira-kira 75%
diantaranya dalam bentuk air (H2O), dan 25% sisanya dalam bentuk bahan kering
(Adikoesoemo, 1984).
B. Pengolahan Tebu Menjadi Gula
Tujuan dari proses
pengolahan tebu adalah untuk memisahkan gula atau sukrosa yang terkandung dalam
batang tanaman tebu atau umbi tanaman bit gula tersebut sebanyak-banyaknya
(Adikoesoemo, 1984).
Pengolahan tebu menjadi
gula berlangsung melalui beberapa tahap yaitu pemerahan cairan tebu (ekstraksi
nira), pembersihan kotoran dari dalam nira, penguapan dan pemisahan kristal
gula. Sebelum sampai ke tahap pengolahan, didahului dengan tahap panen dan
pengangkutan yang merupakan tahap penyediaan bahan (Mubyarto, 1984).
Setelah tebu ditimbang,
tebu seyogianya secepat mungkin diangkut kepabrik untuk segera digiling dalam
waktu 24 jam. Apabila lebih lama ditahan akan menurun kualitasnya karena proses
inversi terus berjalan atau terjadi penguraian sukrosa yang akan menurunkan
kandungan gulanya. Sebelum digiling tebu dipotong-potong dalam unit pemotong
pendahuluan disebut crushers, pisau potong rafelaar dan lain-lain untuk
kemudian diperah dalam beberapa tahap. Sistem perah pada umumnya terdiri dari
satu unit prapengolah (crushers, pisau pemotong, rafelaar, dan
lain-lain.), kemudian dikaitkan dengan 4-6 unit gilingan. Selain air biasa
dapat digunakan air panas untuk air imbibisi di muka gilingan akhir yang
berfungsi memperbaiki ekstraksi gula dari ampas. Sistem imbibisi yang rasional
dapat mengurangi kehilangan gula dari ampas. Nira perahan gilingan 1 dan 2,
ditambah nira yang berasal dari unit pra pengolah dinamakan nira mentah. Bahan
ini diproses lebih lanjut untuk memisahkan gula dari air dan bagian bukan gula
lainnya. Sementara itu nira dari gilingan 3 dan 4 bersama dengan air imbisisi
dingin atau panas disirkulasikan kembali dalam unit operasi perahan.
Untuk membuat gula
putih, air kapur diberikan dalam jumlah yang lebih besar dengan kelebihan air
kapur akan membentuk endapan yang tidak larut. Apabila dipakai asam sulfit
melalui SO2 yang dialirkan kedalam larutan nira mentah, dan kapur yang berlebihan.
Prosedur pembuatan gula putih ini disebut sulfitasi, dimana prosesnya
berdasarkan sistem kontinu. Jika digunakan untuk menetralkan air kapur yang
lebih itu CO2 atau asam H2CO3, maka prosedur pembutan gula putih disebut proses
karbonitasi.
Kandungan kapur yang
tinggi di dalam nira encer cenderung mengakibatkan inkrutasi dalam pan
penguapan dan dalam pan pemasakan, yang menghambat perpindahan panas, sehingga
konsumsi uap meningkat. Disamping itu kandungan kapur yang tinggi mempersukar
kristalisasi, pemasakan serta semakin meningkatnya jumlah molasses, dengan
demikian penentuan kandungan kapur dalam nira encer merupakan analisa yang amat
penting dalam rangka pengawasan produksi gula (Moerdokusumo, 1993).
Dalam rangkaian proses
pemurnian gula, stasiun pemurnian nira memegang peranan yang sangat penting,
terutama terhadap kualitas gula produk. Melalui stasiun pemurnian, sebagian
besar bukan gula akan diendapkan di clarifier sebagai nira kotor, kemudian
dibuang dalam bentuk padat disebut dengan blotong. Bukan gula yang ikut dalam
proses kristalisasi akan mempengaruhi mutu masakan, gula produk dan mutu tetes.
Semakin besar jumlah bukan gula yang terolah akan makin rendah mutu gula
produk, ditunjukkan oleh ukuran kristalisasi yang terjadi. Hommes, seorang ahli
gula mengatakan jumlah bahan yang ikut dalam proses kristalisasi akan
mempengaruhi hasil gula sampai 0,4 bagian yang ikut dalam proses penyaringan
dan siklus yang terlalu panjang dalam proses pemurnian, untuk memperoleh hasil
pemurnian yang optimal diusahakan jumlah bahan ikutan sedikit mungkin
(Soerjadi, 1980).
Hasil gula yang
diperoleh sebagian besar adalah sebagai hasil pengkristalan di dalam pan-pan
masak dengan menggunakan vakum. Larutan gula dipekatan dengan cara menguapkan
airnya di dalam pan-pan, menggunakan pemanas vakum di dalam elemen-elemen
pemanas jenis callandria atau ceoil. Proses kristalisasi melewati
3 (tiga) fase yang berbeda, memerlukan cara yang khusus serta operasi khusus
untuk mendapatkan hasil serta efisiensi yang tertinggi.
Fase-fase yang dimaksud
adalah:
1. Pembentukan inti/
inti kristal
2. Pembesaran gula
kristal, didapat ukuran yang dikehendaki
3. Mendapatkan kristal untuk mengakhiri
konsentrasi dari masakan untuk mendapatkan hasil kristal tertinggi tiap 100
gram gula dalam bahan dasar. (Landherr, 1980).
Tujuan dari
pengkristalan gula ada 2 (dua). Yang pertama ialah agar kristal gula nantinya
dengan mudah dapat dipisahkan kotorannya dalam proses pemutaran, sehingga
didapat hasil yang memiliki tingkat kemurnian tinggi. Yang kedua adalah perlu
untuk mengubah sukrosa dalam larutan menjadi kristal, agar pengambilan gula
setinggi-tingginya, dan sisa gula dalam larutan terakhir (tetes)
serendah-rendahnya. Sebab adanya gula dalam tetes terutama yang mungkin dapat
dikristalkan adalah suatu kerugian (Soejadi, 1980).
Unit operasi
kristalisasi inilah yang merupakan pusat pembuatan gula yang sangat penting dan
paling kritis. Dalam rangka proses pengawasan proses pembuatan gula, apabila
neraca polarisasi diperhatikan, maka terlepas dari kehilangan pol dalam ampas
dan blotong, hasil maksimal yang diperoleh dalam kristalisasi nira kental
adalah efisiensi dan kemampuan unit operasi menekan kandungan gula dalam molase
serendah mungkin (Moerdokusumo, 1993).
Setelah timbul kristal
gula pada pan pemasakan, dalam waktu singkat, massecuite akan diturunkan
ke pemutaran. Pemutar itu besar, berotasi, berbentuk tabung silinder dengan
sumbu vertikal yang digerakkan oleh elektromotor. Sumbu ini berputar dengan
kecepatan tinggi di dalam tabung. Massecuite dipompa ketika alat pemutar
berputar dengan lambat, dan ketika pembongkaran selesai, mesin akan kembali
berputar secara cepat, sehingga siklus sebelumnya kembali terjadi dengan cara
yang sama. Putaran harus berputar dengan kecepatan tinggi untuk dapat
memisahkan gula kristal dengan molasses secepatnya (Barnes, 1974).
C. Kegunaan
dan Standar Kualitas Gula
Gula merupakan salah
satu kebutuhan pokok dan paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai
produk makanan tentunya harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan
sehingga layak untuk dikonsumsi. Di Indonesia ada tiga jenis gula yang beredar
di pasaran, yaitu gula kristal mentah atau raw sugar yang digunakan
sebagai bahan baku industri gula rafinasi, gula kristal putih yang dikonsumsi
secara langsung dan gula rafinasi sebagai bahan baku industri makanan dan
minuman.
Gula yang kita konsumsi
sehari-hari adalah gula kristal putih secara internasional disebut sebagai plantation
white sugar. Gula kristal putih dibuat dari tebu yang diolah melalui
berbagai tahapan proses, untuk Indonesia kebanyakan menggunakan proses
sulfitasi dalam pengolahan gula. Kriteria mutu gula yang berlaku di Indonesia
saat ini pada dasarnya mengacu pada kriteria lama yang dikenal dengan SHS
(Superieure Hoofd Suiker). Secara garis besar kriteria mutu gula yang kita
ikuti meliputi kadar air, polarisasi, warna larutan, warna kristal, kadar SO2,
abu konduktivitas dan besar jenis butir.
Standarisasi kualitas
gula bertujuan untuk melindungi konsumen dari penggunaan makanan yang tidak
sesuai standar sedangkan manfaatnya bagi produsen adalah dapat membuat sasaran
kualitas produknya dengan jelas dan sesuai keinginan konsumen serta
meningkatkan daya saing gula nasional sehingga tuntutan konsumen terhadap
peningkatan kualitas dan pelayanan terpenuhi. Spesifikasi persyaratan kualitas
Gula Kristal Putih berdasarkan SNI disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat mutu
gula kristal putih (SNI-3140-200/Rev 2005)
D. Pelarut
Polar dan Non polar
a.
Senyawa polar adalah senyawa
yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya.
Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai
keelektronegatifitas yang berbeda.
Ciri-ciri senyawa polar:
·
Dapat
larut dalam air dan pelarut lain.
·
Memiliki
kutub + dan kutub -, akibat tidak meratanya distribusi elektron.
·
Memiliki
pasangan elektron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau memiliki perbedaan
keelektronegatifan.
Contoh: Alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5, NH3, HBr.
b.
Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk
akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya.
Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas
yang sama/hampir sama.
Ciri-ciri senyawa non polar:
·
Tidak
larut dalam air dan pelarut polar lain
·
Tidak
memiliki kutub + dan kutub – , akibat meratanya distribusi electron
·
Tidak
memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau
keelektronegatifannya sama.
Contoh: Cl2, PCl5, H2, N2, F2, BR2, O2.
No comments:
Post a Comment