A.
Sifat-sifat
Unsur Transisi Periode Keempat
Adanya susunan elektron
yang khas pada subkulit 3d dan 4s menyebabkan unsur tansisi periode
keempat mempunyai sifat yang khas, yang berbeda dengan sifat keperiodikan pada
logam-logam golongan utama (A). Sifat sifat umum unsur transisi periode keempat
dapat dilihat dibawah ini.
SIFAT
|
UNSUR
|
|||||||||
Sc
|
Ti
|
V
|
Cr
|
Mn
|
Fe
|
Co
|
Ni
|
Cu
|
Zn
|
|
Nomor atom
|
21
|
22
|
23
|
24
|
25
|
26
|
27
|
28
|
29
|
30
|
Titik lebur (K)
|
1814
|
1933
|
2163
|
2130
|
1517
|
1808
|
1768
|
1728
|
1356
|
693
|
Titik didih (K)
|
3104
|
3560
|
3653
|
2943
|
2235
|
3023
|
3143
|
3003
|
2840
|
1180
|
Jari-jari atom (Å)
|
1.62
|
1.47
|
1.34
|
1.25
|
1.29
|
1.26
|
1.25
|
1.24
|
1.28
|
1.28
|
Energi ionisasi-I (Kj mol-1)
|
631
|
658
|
650
|
653
|
717
|
759
|
758
|
737
|
746
|
906
|
Eo (volt)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
M+2 + 2e -> M
|
|
-
|
-1.20
|
-0.91
|
-1.19
|
-0.44
|
-0.28
|
-
|
+0.3
|
-
|
M+3 + 3e -> M
|
-2.10
|
-1.20
|
-0.86
|
-0.74
|
-0.28
|
+0.04
|
+0.04
|
0.25
|
4
|
0.76
|
|
|
|
|
|
|
|
|
-
|
-
|
|
Kerapatan (g ml-1)
|
2.99
|
4.50
|
5.96
|
7.20
|
7.20
|
7.86
|
8.90
|
8.90
|
8.92
|
7.14
|
1. Konfigurasi elektron
Berdasarkan
aturan membangun dari Aufbau, pengisian elektron dalam orbital d mulai terjadi
setelah elektron menghuni orbital 4s2 atau setelah atom kalsium, 20Ca: [Ar]
4s2.
Unsur
|
Nomor atom
|
Konfigurasi elektron
|
Sc
|
21
|
[Ar]4s23d1
|
Ti
|
22
|
[Ar]4s23d2
|
V
|
23
|
[Ar]4s23d3
|
Cr
|
24
|
[Ar]4s13d5
|
Mn
|
25
|
[Ar]4s23d5
|
Fe
|
26
|
[Ar]4s23d6
|
Co
|
27
|
[Ar]4s23d7
|
Ni
|
28
|
[Ar]4s23d8
|
Cu
|
29
|
[Ar]4s13d10
|
Zn
|
30
|
[Ar]4s23d10
|
Oleh
karena itu, unsur-unsur transisi dimulai pada periode keempat dalam tabel
periodik, sesuai dengan bilangan kuantum utama terbesar (4s 3d). Oleh karena
orbital d maksimum dihuni oleh sepuluh elektron maka akan terdapat sepuluh
unsur pada periode keempat, yaitu mulai dari Sc dengan konfigurasi elektron
[Ar] 3d1 4s2 sampai dengan Zn dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d10 4s2.
2.
Titik Didih dan Titik Leleh
Berdasarkan
tabel, kenaikan titik leleh mencapai maksimum pada golongan VB (vanadium) dan
VIB (kromium). Hal itu disebabkan oleh kekuatan ikatan antaratom logam,
khususnya bergantung pada jumlah elektron yang tidak berpasangan di dalam
subkulit d. Pada awal periode unsur transisi, terdapat satu elektron pada
orbital d yang tidak berpasangan. Jumlah elektron pada orbital d yang tidak
berpasangan meningkat sampai dengan golongan VIB dan VIIB, setelah itu elektron
pada orbital d mulai berpasangan sehingga titik didih dan titik leleh turun.
3.
Jari-Jari Atom
Jari-jari
atom menentukan sifat-sifat unsur. Pada tabel tampak bahwa jari-jari atom
menurun secara drastis dari skandium (1,44 ) hingga vanadium (1,22 ), kemudian
berkurang secara perlahan. Penurunan ini
akibat dari kenaikan muatan inti yang menarik elektron valensi lebih kuat. Pada
periode yang sama, dari kiri ke kanan jumlah proton bertambah, sedangkan kulit
valensi tetap. Akibat bertambahnya jumlah proton, daya tarik muatan inti
terhadap elektron valensi bertambah kuat sehingga ukuran atau jari-jari atom
semakin kecil.
4.
Sifat Logam
Semua
unsur transisi merupakan unsur-unsur logam. Kulit terluar dari unsur-unsur
transisi hanya mengandung satu atau dua elektron pada orbital 4s sehingga mudah
melepaskan elektron pada kulit terluarnya. Sifat logam dari unsur-unsur
transisi lebih kuat jika dibandingkan dengan sifat logam dari golongan utama.
Hal ini disebabkan pada unsur-unsur transisi terdapat lebih banyak elektron
bebas dalam orbital d yang tidak berpasangan.
Mengapa
jumlah elektron yang belum berpasangan dapat dijadikan ukuran kekuatan logam?
Semakin banyak elektron bebas dalam suatu atom logam memungkinkan ikatan antar
atom semakin kuat sehingga sifat logam dari unsur itu juga semakin kuat.
Pengaruh nyata dari kekuatan ikatan antaratom pada logam transisi tercermin
dari sifat kekerasan tinggi, kerapatan tinggi, titik didih dan titik leleh yang
juga tinggi, serta sifat hantaran listrik yang lebih baik.
5.
Energi ionisasi
Perubahan
energi inonisasi dari Sc sampai Zn tidak terlalu besar seperti halnya pada
unsur unsur golongan utama (golongan A). Kecilnya perubahan disebabkan juga
oleh konfigurasi elektron, yaitu penambahan elektron dari Sc sampai Zn masuk
pada kulit ketiga.
6.
Bilangan
Oksidasi
Bervariasinya bilangan
oksidasi dari unsur transisi disebabkan oleh adanya subkulit 3d yang
belum penuh. Tingkat energi dari 5 orbital 3d relatif sama, sehingga
perubahan konfigurasi yang terjadi pada subkulit 3d akan mempunyai
tingkat kestabilan yang relatif sama pula. Umumnya subkulit 3d berisi
dari 6 elektron, maka hanya sebuah elektron dari 3d yang dapat
dilepaskan, bahkan pada Zn elektron subkulit 3d tidak dapat dilepaskan
sama sekali. Akibatnya, unsur Zn hanya dapat mempunyai bilangan oksidasi +2.
7.
Keaktifan
Katalitik
Salah satu sifat penting
dari unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk dapat menjadi
katalis reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh ataupun di dalam industri. Di dalam
tubuh terdapat enzim sitokrom oksidase yang
berperan dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini dapat bekerja bila terdapat ion
Cu2+. Bila tidak ada ion Cu2+ maka enzim tidak bekerja
dan tubuh tidak dapat melakukan metabolisme makanan. Beberapa logam transisi
telah digunakan secara komersial sebagai katalis pada proses-proses industri.
Tabel.
Beberapa Katalitik Unsur Transisi
|
||
Unsur transisi
|
Senyawa yang digunakan
|
Reaksi yang dikatalisis
|
Ti
|
TiCl3
|
Polimerisasi alkena (pembuatan
plastik)
|
V
|
V2O5
|
Proses kontak (pembuatan H2SO4)
|
Fe
|
Fe atau Fe2O3
|
Proses Haber (Pembuatan NH3)
|
Ni
|
Ni
|
Adisi alkena (Pembuatan margarin)
|
Cu
|
Cu atau CuO
|
Oksidasi alkohol (Pembuatan formalin)
|
Kemampuan unsur
transisi mengakatalisis suatu reaksi, diperkirakan karena unsur transisi
mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Sebagai contoh, pada pembuatan asam
sulfat dengan proses kontak digunakan katalis V2O5. Pada peristiwa katalisis reaksi tersebut,
vanadium mula-mula mengalami reduksi dari V5+ menjadi V4+.
2
V5+ + O2- + SO2 2 V4++ SO3
Tahap berikutnya V4+
akan teroksidasi oleh oksigen,
2
V4++ ½ O2 2 V5+ + O2-
Sehingga secara keseluruhan,
2
V5+ + O2- + SO2 2 V4++ SO3
2
V4++ ½ O2 2 V5+ + O2- +
SO2
+ ½ O2 SO3
8.
Warna Unsur Transisi
Kation
logam unsur-unsur transisi umumnya berwarna. Hal ini
disebabkan oleh adanya elektron tidak berpasangan dan tingkat energi orbital
tidak berbeda jauh. Akibatnya, elektron mudah tereksitasi ke tingkat energi
lebih tinggi menimbulkan warna tertentu.
Jika
senyawa transisi baik padat maupun larutannya tersinari cahaya maka senyawa
transisi akan menyerap cahaya pada frekuensi tertentu, sedangkan frekuensi
lainnya diteruskan. Cahaya yang diserap akan mengeksitasi elektron ke tingkat
energi lebih tinggi dan cahaya yang diteruskan menunjukkan warna senyawa transisi
pada keadaan tereksitasi
9.
Sifat Kemagnetan
Sifat
kemagnetan dibedakan menjadi dua, yaitu sifat paramagnetik dan diamagnetik. Zat
mempunyai sifat paramagnetik bila unsur atau senyawa unsur tersebut tertarik
oleh madan magnet, sedangkan unsur dikatakan mempunyai sifat diamagnetik bila
unsur atau senyawa unsur tersebut ditolak oleh medan magnet.
Sifat
paramagnetik terjadi bila di dalam atom unsur tersebut terdapat elektron yang
belum berpasangan. Unsur-unsur transisi selain Zn akan bersifat paramagnetik,
sebab pada orbital d terdapat elektron yang belum berpasangan. Semakin
banyak elektron yang belum berpasangan, maka semakin kuat sifat
paramagnetiknya.
B.
Ion
Kompleks
a.
Pengertian
Ion Kompleks
Ion Kompleks merupakan ion yang
tersusun dari ion pusat (atom pusat) yang dikelilingi oleh molekul atau ion (disebut
ligan). Antara ion pusat dengan ligan terjadi ikatan koordinasi. Jumlah
ikatan koordinasi yang terjadi antara ion pusat dengan ligan disebut dengan bilangan
koordinasi.
Contoh: [Cu(H2O)4]2+ : atom pusatnya adalah Cu2+
Ligannya adalah H2O
Bilangan koordinasinya = 4
Atom pusat umumnya merupakan
atom atau ion yang mempunyai orbital kosong yang dapat ditempati oleh pasangan
elektron dari suatu ligan. Unsur-unsur transisi umumnya akan dapat menjadi atom
pusat suatu ion kompleks.
Ligan dari suatu ion
kompleks dapat berupa molekul netral atau anion yang mempunyai pasangan
elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi dengan atom
pusat.
Unsur-unsur transisi
umumnya mempunyai konfigurasi elektron dengan subkulit d yang belum terisi
penuh bahkan kosong. Dengan demikian akan mampu memberikan orbital kosong
tersebut untuk membentuk ikatan koordinasi dengan pasangan elektron dari ligan
yang diikatnya.
b. Struktur Ion Kompleks
Terbentuknya ion
kompleks disebabkan adanya ikatan koordinasi antara atom pusat dengan ligan.
Atom pusat menyediakan orbital kosong yang nantinya akan ditempati oleh
pasangan elektron dari ligan. Menurut Teori Warner, terbentuknya ikatan melalui
pembentukan orbital gabungan dari atom pusat. Orbital gabungan ini sering
disebut dengan orbital bastar atau hibridisasi.
c. Muatan
dan Bilangan Koordinasi
Muatan ionkompleks adalah jumlah
muatan atom pusat dan ligannya. Jika ligan suatu molekul netral, muatan ion
kompleks berasal dari atom pusat. Pada senyawa [Cu(NH3)4]SO4, muatan ion
kompleks dapat dihitung jika muatan anion diketahui. Jika ion sulfat bermuatan
2–, ion kompleks bermuatan 2+, yaitu [Cu(NH3)4]2+. Jika ligan suatu molekul
netral maka bilangan oksidasi atom pusat sama dengan muatan ion kompleks. Dalam
ion [Cu(NH3)4]2+, biloks Cu sama dengan +2.
d.
Tata
Nama Senyawa Kompleks
Penamaan senyawa
kompleks menurut IUPAC mengikuti aturan sebagai berikut:
1) Nama
kation (ion positif) disebut lebih dahulu, kemudian diikuti dengan nama anion
(ion negatif), seperti penamaan senyawa ion.
2) Pada
ion kompleks, urutan penyebutannya adalah: jumlah ligan – nama ligan – nama atom pusat
(bil-oks atom pusat).
3) Jumlah
ligan disebut dalam bahasa latin.
1
: mono
2
: di
3
: tri
4
: tetra
5
: penta
6
: heksa
4) Nama
ligan ditambah dengan akhiran o dengan cara:
a. Ligan-ligan
yang berakhiran ida diganti dengan o
b. Ligan-ligan
yang berakhiran it atau at diganti dengan ito
atau ato
c. Ligan
netral diberi nama sesuai nama molekulnya (dalam bahasa latin)
5) Jika
ligannya lebih dari satu jenis, maka urutan penyebutannya dimulai sesuai dengan
urutan abjad nama depan dari ligan tersebut.
6) Nama
atom atau ion pusat:
a. Jika
ion kompleksnya bermuatan negatif maka nama atom pusat diberi akhiran at.
b. Jika
ion kompleksnya tidak bermuatan atau bermuatan positif tidak ditambah akhiran.
7) Bilangan
oksidasi atom pusat ditulis dengan angka Romawi dalam kurung setelah atom
pusat.
Rumus Kimia
|
Nama sebagai anion
|
Nama sebagai ligan
|
Cl-
|
Klorida
|
Kloro
|
CN-
|
Sianida
|
Siano
|
F-
|
Fluorida
|
Fluoro
|
O2-
|
Oksida
|
Okso
|
S2O3 2-
|
Tiosulfat
|
Tiosulfato
|
NO2-
|
Nitrit
|
Nitrito
|
C2O4 2-
|
Oksalat
|
Oksalato
|
SCN-
|
Tiosianat
|
Tiosianato
|
H2O
|
Air
|
Aquo
|
NH3
|
Amonia
|
Amin
|
e.
Sifat-sifat
Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah
senyawa yang didalamnya terdapat ion kompleks, dapat sebagai kation atau anion,
atau kedua-duanya. Sifat senyawa kompleks sangat khas, sifat-sifat itu umumnya
dipengaruhi oleh ion pusat, ligan dan
bilangan koordinasinya.
·
Ionisasi Senyawa Kompleks
Apabila
senyawa kompleks mengalami ionisasi dalam air, maka akan dihasilkan ion
kompleks dan ion sederhana atau ion kompleks kedua-duanya.Reaksi-reaksi
tersebut dapat digunakan untuk menentukan bilangan koordinasi atau struktur ion
kompleks.
Dari
beberapa kemungkinan tersebut dapat dipastikan struktur yang sesuai dengan
keadaan sebenarnya dengan cara melarutkan senyawa tersebut ke dalam air dan
direaksikan dengan larutan AgNO3.
·
Warna
Warna
senyawa kompleks umumnya ditentukan oleh warna dari ion kompleksnya. Umumnya
warna ion kompleks dipengaruhi oleh jenis ligan dan atom pusatnya. Warna ini
terjadi karena orbital d terpecah menjadi dua kelompok orbital, dan celah
energi yang terjadi menyerap energi pada panjang gelombang sinar tampak. Celah energi
ini dipengaruhi oleh energi orbital d dari atom pusat, jumlah elektron yang ada
pada orbital d, dan kekuatan ligan yang mendekatinya.
Terpecahnya
orbital d ini disebabkan adanya ligan yang mendekat. Bila ligan mendekat
melalui ruang pada sumbu, maka orbital yang berorientasi pada sumbu (dx2-y2 dan
dz2) energinya akan meningkat. Sedangkan orbital yang orientasinya diantara
sumbu (dxy, dxz dan dyz) akan tertekan, sebaliknya. Adanya perbedaan kekuatan
medan magnet dari ligan yang mendekat akan mengubah besarnya celah energi yang
terjadi dan hal itu akan berakibat berubahnya warna senyawa.
C.
Unsur
Transisi di Alam
Unsur transisi di alam umumnya terdapat dalam bentuk
senyawa, meskipun beberapa unsur misalnya tembaga, emas, dan perak dapat di
temukan dalam keadaan bebas. Untuk mendapatkan unsur tersebut di lakukan dengan
reduksi senyawanya. Mineral logam transisi umumnya berada dalam bentuk sulfida,
oksida atau karbonatnya, mengingat senyawa-senyawa tersebut sukar larut dalam
air.
Pemisahan logam-logam transisi dari senyawanya di lakukan
dengan mereduksi oksidanya, tetapi bila perlu dapat diperoleh dari sulfidanya.
Bijih dalam bentuk oksida umumnya langsung di reduksi dengan gas CO atau
karbon, misalnya besi, nikel atau zink. Bijih sulfida terlebih dahulu harus
melalui proses pemanggangan, sebelum direduksi dengan CO.
1.
Skandium (Sc)
Scandium adalah unsur
yang jarang terdapat di alam. Walaupun ada, umumnya terdapat dalam bentuk
senyawa dengan biloks +3. Misalnya, ScCl3, Sc2O3, dan Sc2(SO4)3. Sifat-sifat
senyawa skandium semuanya mirip, tidak berwarna dan bersifat diamagnetik. Hal
ini disebabkan dalam semua senyawanya skandium memiliki konfigurasi elektron
ion Sc3+, sedangkan sifat warna dan kemagnetan ditentukan oleh konfigurasi
elektron dalam orbital d. Logam skandium dibuat melalui elektrolisis lelehan
ScCl3. Dalam jumlah kecil, scandium digunakan sebagai filamen lampu yang
memiliki intensitas tinggi.
2.
Titanium (Ti)
Titanium merupakan unsur yang tersebar luas dalam kulit
bumi (sekitar 0,6% massa kulit bumi). Oleh karena kerapatan titanium relatif
rendah dan kekerasan tinggi, titanium banyak dipakai untuk bahan struktural,
terutama pesawat terbang bermesin jet, seperti Boeing 747. Mesin pesawat
terbang memerlukan bahan yang bermassa ringan, keras, dan stabil pada suhu
tinggi. Selain ringan dan tahan suhu tinggi, logam titanium tahan terhadap
cuaca sehingga banyak digunakan untuk material, seperti pipa, pompa, tabung
reaksi dalam industri kimia, dan mesin mobil. Umumnya, senyawa titanium
digunakan sebagai pigmen warna putih. Titanium(IV) oksida merupakan material
padat yang digunakan sebagai pigmen putih dalam kertas, cat, plastik, fiber
sintetik, dan kosmetik. Sumber utama titanium(IV) oksida adalah bijih rutil
(matrik TiO2) dan ilmenit (FeTiO3). Rutil diolah dengan klorin membentuk TiCl4
yang mudah menguap, kemudian dipisahkan dari pengotor dan dibakar menjadi TiO2.
3.
Vanadium (V)
Vanadium tersebar di kulit bumi sekitar 0,02% massa kulit
bumi. Sumber utama vanadium adalah vanadit, Pb3(VO4)2. Vanadium umumnya digunakan
untuk paduan dengan logam besi dan titanium. Vanadium(V) oksida digunakan
sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat. Logam vanadium murni diperoleh
melalui reduksi elektrolitik leburan garam VCl2. Logam vanadium menyerupai baja
berwarna abu-abu dan bersifat keras serta tahan korosi. Untuk membuat paduan
tidak perlu logam murninya. Contohnya, ferrovanadium dihasilkan melalui reduksi
campuran V2O5 dan Fe2O3 oleh aluminium, kemudian ditambahkan besi untuk
membentuk baja vanadium, baja sangat keras yang digunakan pada bagian mesin dan
poros as.
4.
Kromium (Cr)
Bijih kromium paling murah adalah kromit, FeCr2O4, yang
dapat direduksi oleh karbon menghasilkan ferrokrom.
FeCr2O4(s) + 4C(s) ⎯⎯→ Fe–2Cr(s) + 4C(g)
Logam
kromium banyak digunakan untuk membuat pelat baja dengan sifat keras, getas,
dan dapat mempertahankan permukaan tetap mengkilap dengan cara mengembangkan
lapisan film oksida. Kromium dapat membentuk senyawa dengan biloks +2, +3, +6.
Kromium(II) dalam air merupakan reduktor kuat. Kromium(VI) dalam larutan asam
tergolong oksidator kuat. Misalnya, ion dikromat (Cr2O72–)dapat direduksi
menjadi ion Cr3+
5.
Mangan (Mn)
Mangan relatif melimpah di alam (0,1% kulit bumi). Salah
satu sumber mangan adalah batuan yang terdapat di dasar lautan dinamakan pirolusit.
Suatu batuan yang mengandung campuran mangan dan oksida besi. Kegunaan umum
mangan adalah untuk membuat baja yang digunakan untuk mata bor (pemboran
batuan). Mangan terdapat dalam semua biloks mulai dari +2 hingga +7, tetapi
umumnya +2 dan +7. Dalam larutan, Mn2+membentuk Mn(H2O)62+, yang berwarna merah
muda. Mangan(VII) terdapat sebagai ion permanganat (MnO4–) yang banyak
digunakan sebagai pereaksi analitik.
6.
Besi (Fe)
Besi merupakan logam yang cukup melimpah dalam kulit bumi
(4,7%). Besi murni berwarna putih kusam yang tidak begitu keras dan sangat
reaktif terhadap zat oksidator sehingga besi dalam udara lembap teroksidasi
oleh oksigen dengan cepat membentuk karat.
Di dalam air, garam besi(II) berwarna hijau terang akibat
membentuk ion Fe(H2O)62+. Besi(III) dalam bentuk ion Fe(H2O)63+ tidak berwarna,
tetapi larutan garamnya berwarna kuning-cokelat akibat terbentuknya ion
Fe(OH)(H2O)52+ yang bersifat basa.
7.
Kobalt (Co)
Walaupun kobalt relatif jarang terdapat di alam, tetapi
dapat ditemukan dalam bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) dalam kadar
yang memadai jika diproduksi secara ekonomis. Kobalt bersifat keras, berwarna
putih kebiruan, dan banyak digunakan untuk membuat paduan, seperti baja perak
(stainless steel). Baja perak merupakan paduan antara besi, tembaga, dan
tungsten yang digunakan dalam instrumentasi dan alat-alat kedokteran (Gambar
4.6). Kobalt utamanya memiliki biloks +2 dan +3, walaupun senyawa kobalt dengan
biloks 0, +1, dan +4 juga dikenal. Larutan garam kobalt(II) mengandung ion
Co(H2O)62+ yang memberikan warna merah muda. Kobalt dapat membentuk berbagai
senyawa koordinasi, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.9.
8.
Nikel (Ni)
Kelimpahan nikel dalam kulit bumi berada pada peringkat
ke-24, terdapat dalam bijih bersama-sama dengan arsen, antimon, dan belerang.
Logam nikel berwarna putih seperti perak dengan konduktivitas termal dan
listrik tinggi, tahan terhadap korosi, dan digunakan untuk melapisi logam yang
lebih reaktif. Nikel juga digunakan secara luas dalam bentuk paduan dengan besi
membentuk baja. Senyawa nikel umumnya memiliki biloks +2. Larutan garam
nikel(II) dalam air mengandung ion Ni(H2O)62+ yang berwarna hijau emerald.
Senyawa koordinasi nikel(II) dapat dilihat pada Tabel 4.10.
9.
Tembaga (Cu)
Tembaga memiliki sifat konduktor listrik sangat baik
sehingga banyak digunakan sebagai penghantar listrik, misalnya untuk kabel
listrik (Gambar 4.8). Selain itu, tembaga tahan terhadap cuaca dan korosi.
Walaupun tembaga tidak begitu reaktif, tetapi dapat juga terkorosi. Warna
kemerah-merahan dari tembaga berubah menjadi kehijau-hijauan akibat terkorosi
oleh udara membentuk patina.
Tembaga dalam jumlah sedikit diperlukan oleh tubuh
sebagai perunut, tetapi dalam jumlah besar sangat beracun. Oleh karena beracun,
garam tembaga digunakan untuk membunuh jamur, bakteri, dan alga.
D. BEBERAPA UNSUR TRANSISI YANG
PENTING
1. Besi
Besi merupakan usur
transisi periode keempat yang paling banyak di manfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Luasnya pemanfaatan besi ini disebabkan sifat besi yang mudah
dibentuk, kuat, dan ulet. Di samping itu, jumlah bijih besi yang tersebar
melimpah di permukaan bumi dan cara pemisahannya yang mudah, menjadikan
merupakan logam yang murah.
Kelemahan besi adalah
mudah berkarat (korosi), dan karat besi (Fe₂O₂∙nH₂O) yang dihasilkan
mudah larut dalam air, sehingga besi mudah keropos.
Besi dari hasil
pengolahan bijih besi dengan proses tanur tinggi (sudah di bahas di kelas X)
disebut BESI TUANG. Besi jenis ini mempunyai sifat sangat keras dan rapuh
karena mengandung banyak karbon (lebih dari 4%). Agar dapat dimanfaatkan, besi
tuang tersebut masih perlu di olah lagi untuk menurunkan kadar karbon. Besi
dengan kadar karbon kurang dari 1% disebut dengan BESI LUNAK. Besi lunak
mempunyai sifat ulet dan relatif lebih lunak dari pada besi tuang, serta mudah
bengkok sehingga kurang baik untuk kontruksi.
Baja merupakan besi
dengan kadar karbon sekitar 1-4% dan kadang-kadang ditambah logam lain untuk
memberi sifat khusus, misalnya kromium, nikel, tintanium, dan vanadium. Baja
mempunyai sifat keras dan ulet, sehingga cocok untuk bahan konstruksi. Beberapa
jenis baja mempunyai sifat khusus, misalkan stainless steel (mengandung
kromium) sukar berkarat, mengkilat, dan kuat. Sifat khusus dari baja tergantung
dari logam yang di tambahkan dalam proses pembuatanya.
Ada dua macam senyawa
besi, yaitu besi (II) dikenal dengan fero dan besi (III) dikenal dengan feri.
Senyawa besi (II) umumnya mudah teroksidasi menjadi senyawa besi (III). Senyawa
besi (II) yang stabil adalah garam dari
FeSO₄(NH₄)₂SO₄ yang dikenal dengan
garam Mohr.
Senyawa kompelks Fe₄[Fe(CN)₆]₃ dimanfaatkan sebagai
pigmen cetak biru (blue print) pada gambar rancang bangun.
Tablet "kurang
darah" mengandung senyawa FeCI₃
yang berfungsi menggantikan (menambah) ion Fe³⁺ yang terdapat sebagai atom pusat pada
hemoglobin pada darah.
2. Tembaga
Tembaga merupakan logam
yang berwarna merah mengkilat dan banyak digunakan dalam pembuatan alat-alat
listrik karena sifat nya sebagai penghantar listrik yang baik. Tembaga
diperoleh dari bijih kalkopirit CuFeS₂.
Meskipun tembaga ada yang terdapat bebas di alam, tetapi jumlah nya sangat
sedikit.
Proses pemisahan tembaga dari kalkoporit berlangsung
sebagai berikut.
1) Pengapungan (floating). Pada
proses ini bijih tembaga dipekatkan dengan menambahkan detergen dan NaOH.
Dengan proses ini zat-zat pengotor (biasanya Al) akan larut dan mengapung.
2) Pemanggangan (roasting). Pada
proses ini kalkopirit bereaksi dengan oksigen.
4CuFeS₂(s) + 9O₂(g) 2Cu₂S(s) + 2Fe₂O₃(s) + 6SO₂(g)
Dengan
menambahkan SiO₂
maka besi akan terpisah sehingga ampas (kerak).
Fe₂O₃(s) + 3 SiO₂(s) Fe₂(SiO₃)₃ (s)
Pada
proses pemanasan selanjut nya Cu₂S
akan terkondisi.
2Cu₂S(s) + 3O₂(g) 2Cu₂O(s) + 2SO₂(g)
3) Reduksi.Proses
reduksi terjadi antara Cu₂O
dengan Cu₂S
yang masih ada dalam proses
sebelum nya,
2Cu₂O(s) + Cu₂S(s) 6Cu(s) + SO₂(g)
Cu
yang diperoleh dengan proses ini mempunyai kemurnian mendekati 99%.
4) pemurnian. Proses
Pemurnian dilakukan dengan cara elektrolisis larutan CuSO₄ Dengan anode yang terbuat dari Cu kotor dan katode dari Cu
murni. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut.
Di anode : Cu²⁺(aq) + 2e
Di katode : Cu²⁺(aq) + 2e
Terdapat dua
senyawa tembaga, yaitu tembaga (I) atau cupro
dan tebaga (II) atau cupri.
Tembaga (I) oksidasi
merupakan senyawa yang berwarna hitam dan Cu² umum nya berwarna biru. CuSO₄∙5H₂O dikenal dengan nama
terusi atau perusi yang berwarna biru, tetapi bila di panas kan H₂O-nya menguap dan warna
nya menjadi putih. Sifat sering di gunakan untuk menunjukkan adanya air pada
suatu senyawa.
Best casino in New Jersey, PA to play & win at casinos
ReplyDeleteBetMGM Casino 사천 출장마사지 is 춘천 출장안마 a fun 삼척 출장안마 and reputable casino 순천 출장안마 that's located in 양산 출장마사지 New Jersey in an excellent location. The casino has a high casino floor,